Saturday, July 30, 2016

Mencari Cinta Ilahi


Barangsiapa yang Ingin Mencari Cinta Ilahi

Segala puji ke hadrat ALLAH, Pencipta alam semesta yang telah mencipta kita dan orang-orang yang terdahulu. Selawat dan salam ke atas junjungan besar kita Nabi Muhammad (SAW) ibni Abdullah, kaum keluarga dan para sahabat Baginda.


WAHAI UMAT MANUSIA,

Hari Pembebasan telah tiba, marilah kita, berpimpin tangan kembali kepada jalan yang benar, jalan yang membawa kita kepada Tuhan, pencipta kita iaitu ALLAH SWT. Jalan selamat untuk umat manusia hari ini hanyalah dengan kembali kepadaNya.

Setiap umat manusia memiliki naluri mendalam di hati mereka untuk mencintai Pencipta mereka dan untuk mengenaliNya. Ini disebabkan sewaktu di alam roh manusia telah tahu dan mengenali ALLAH SWT. Namun keinginan ini kekadang tidak dapat menjadi kenyataan lantaran halangan dari Iblis. Bagaimanapun, ada pula manusia yang cuba mencari Tuhan dengan lain-lain cara mudah-mudahan dapat mencintaiNya. Ada yang mencari Tuhan melalui syair-syair, tarian, lukisan, di alam semulajadi ataupun dengan sedikit bekalan menghilangkan diri di bukit-bukit dan gunung-gunung mengasingkan diri atau ada pula berkhidmat untuk masyarakat setempatnya. Bagaimanapun, impian dan cita-cita tidak akan tercapai walaupun ada yang merasakan mereka telah menemui Tuhan kerana hakikatnya mereka telah terpedaya dengan tipu helah iblis. Ini kerana jalan kepada ALLAH SWT hanya terdapat di dalam AgamaNya.

Wahai Umat Manusia di Kurun Ke 15 ini, marilah kita bersama-sama menuju ALLAH SWT dan CintaNya. Ketahuilah bahawa ALLAH SWT mencintai kita melebihi kasih sayang ibubapa kita terhadap kita. ALLAH SWT telah mencipta kita manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan kemudian memperelokkan kita dan kemudian menganugerahkan kita dengan lima deria dan kekuatan juga hawa nafsu semula jadi. Dunia ini pula telah dihiasi serta dilengkapi dengan kekayaan dan kemudahan supaya manusia boleh meneruskan kehidupan dengan selesa dan puashati. Supaya manusia boleh memenuhi keinginan untuk bertemu ALLAH SWT dan memperoleh CintaNya. ALLAH SWT telah mengutus para Nabi dan Rasul untuk memperkenalkan Dia kepada manusia dan mengetahui siapa Dia, Zat yang layak disembah dan dicintai dan juga menunjukkan jalan menujuNya. Dengan ini ALLAH telah menyelamatkan kita semua dari tipu helah iblis.

Begitu hebat nikmat ALLAH SWT telah anugerahkan kepada kita kerana cinta Dia kepada kita. Ibaratnya bila manusia melakukan kebaikan kepada kita, kita akan berterima kasih kepada mereka dan mengingati mereka serta menyayangi mereka. Bila saja bertemu mereka kita akan terkenangkan jasa baik mereka pada kita. Maka adakah patut kita melupai Zat yang sentiasa baik dan paling menyayangi kita. Semestinya tidak.

Dengan itu marilah kita ambil langkah pertama menuju ALLAH SWT demi mendapatkan CintaNya. Untuk tujuan ini kami akan mengembara ke setiap pelosok/ceruk dunia untuk mengajak manusia supaya kembali ke jalan ALLAH SWT. Mudah-mudahan kita dapat boleh menghilangkan dahaga dengan secawan Cinta Ilahi.

 

AlQuran anugerah Rasulullah SAW kepada YMGA RA secara "yaqazah"

YMTG Haji Abdul Rahim AlHassaniyyah menjunjung AlQuran anugerah Rasulullah SAW kepada YMGA RA secara "yaqazah" ketika ziarah YMTG ke Makam Rasulullah SAW di Masjidil Nabawi, Medina.


Al Quran Pemberian Rasulullah SAW

Penyerahan Tugas

“Janganlah cari kitab lain, tetapi bawalah manusia kembali kepada Allah SWT berpandukan Al-Quran.” Inilah kata Rasulullah SAW kepada Yang Mulia Tuan Guru Tuan Haji Ghulam Hassan Al-Bikangi R.A tatkala menyerahkan kitab Al-Quran ini kepada beliau. Peristiwa yang luar biasa dan agung ini terjadi ketika musim haji di Tanah Suci Madinah Al Munawwara pada tahun 1950. Pengijazahan ini memberi isyarat bahawa tugas Rasulullah SAW membawa manusia kembali kepada Allah SWT telah diamanahkan kepada Yang Mulia Tuan Guru R.A di akhir zaman ini.








Concept In Religion (Konsep Dalam Keagamaan)

 
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

اَلْحَمْدُللهِ الَّذِى هَدَنَا لِهَذَا وَمَاكُنَّا لِنَهْتَدِى لَوْ لاَ أَنْ هَدَنَاالله ُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلٰى سَيْدِ اْلمُرّسَلِيْنَ. اَلذِّى بَعَثَ الله ُ رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ وَعَلٰى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ أَمَّابَعْدُ.

All praises be to Allah, The Lord of the entire universe for it is He who has created us and those before us and has raised among mankind His prophets and messengers with guidance and the religion of truth for the salvation of mankind in this world and the next world.

Peace and blessing be upon the messenger of Allah, the seal of all the prophets and messengers of Allah who had been sent as a blessing and mercy for the entire worlds and also upon his blessed household and holy companions.

Thanks to Allah, The Almighty, for allowing me to deliver this important massage, concerning the concept of religion. May Allah, The Exalted guides us to His religion.

O Brothers and Sisters !

In this second series of message to the whole world I shall touch on the concept of religion of Allah SWT.

Religion has become problem for people of all nations and it has created disagreement, rivalry, hatred and even fightings and killings among mankind. Each people claim that his religion is true and will do anything to defend it.

Some say that all religions are the same because they bring man close to God but only each takes different road to God, The Almighty.

Some say that all religions are good because they teach good moral values.

Some in the propagation of their religion allege that other religions are not true and will do anything to convert people to their religion.

Some have rejected all religions because to them religion is nothing but escapism and they want to live free from all religious injunctions and restrictions. They become atheists.

These bring us to some questions :

1. Are there many Allah’s Religion or there is only one? 2. Does Allah, The Almighty accept all religions or only accept the religion of Islam ? 3. What is Allah’s Religion ?

These are the problem on religion that have caused great misunderstanding and have cause people to deviate from the right path.

This problem must be resolved once and for all so that people of all nations will know the truth about Allah’s Religion and thus they will be able to decide for themselves whether or not to embrace Allah’s Religion.

To solve this problem I shall explain to you all the concept of Allah’s Religion.

What is Allah’s Religion ? Allah’s Religion is a set of laws and regulations of Allah SWT which had been conveyed by all His prophets and messengers from generation to generation for the salvation of mankind in this world and Hereafter which had been completed and perfected in the prophethood of the Holy Prophet Muhammad PBUH and named as Islam and is now contained in the final Book of Revelation, the Holy Quran. This Divine set of laws and regulations is based on love and mercy. The Religion of Allah SWT contained two aspects of relationships, the relationship between man and Allah, his Creator and the relationship among mankind and includes in this relationship is the relationship between human beings and other creatures because man has been appointed as caliph or vicegerant to administer this world.

O Brothers and Sisters !

How do we know the Religion of Allah SWT ?

We can never know and understand Allah’s Religion through our own knowledge because it is beyond the realm of human knowledge to know and understand it. It is because of this Allah SWT in His infinite Wisdom has sent prophets and messengers to the human race from generation to generation bring religion from Him which contains laws and regulations as a direction and guidance for the human race to handle all questions which arise especially those which are outside the realm of the intelligence and understanding with this they can attend to their religions practices and finally administer this world in peace in compliance with the Will of Allah SWT and in this way they will be safe in this world and in the Next world.

Prophet Adam was the first messenger. Since then Allah S.W.T. has raised prophets and messengers from among different people in all ages bringing religion from Him as guidance for mankind. For example :

1. Prophet Noah AS was sent to his people.

As Allah S.W.T. Said in Chapter 11 Hud Verse 25 :

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ

“And indeed We sent Nuh (Noah) to his people (and he said) : “I have come to you as a plain warner.”

2. Prophet Syaib AS was sent to the people of Madyan.

Chapter 11 Hud Verse 84 :

وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا

“And to the Madyan (Midian) people (We sent) their brother Shu’aib.”.

3. Prophet Moses AS was sent to the Israelites.

Chapter 61 Al-Shaff Verse 5 :

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَد تَّعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ

“And (remember) when Musa (Moses) said to his people : “O my people! Why do you annoy me while you know certainly that I am the Messenger of Allah to you?.”

4. Prophet Jesus AS was also sent to the Israelites.

Chapter 61 Al-Shaff Verse 6 :

وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِيۤ إِسْرَاۤئِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُم مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِن بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاۤءَهُم بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُّبِينٌ -6,

“And (remember) when Isa (Jesus) son of Maryam (Mary) said : “O Children of Israel! I am the Messenger of Allah unto you, confirming the Taurat (Torah) which came] before me and giving glad tidings of a Messenger to come after me whose name shall be Ahmad. But when he (Ahmad, i.e. Muhammad) came to them with clear proofs they said : “This is plain magic.”

5. Whereas Prophet Muhammad S.A.W. was sent for the whole human race and jinn until the Last Day.

As was Said by Allah S.W.T. in Chapter 7 Al-A’raf Verse 158 :

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

“Say (O Muhammad) : “O mankind! Verily, I am sent to you all as the Messenger of Allah.”

Chapter 34 Saba’ Verse 28 :

وَمَاۤ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ

“And We have not sent you (O Muhammad) except as a giver of glad tidings and a warner to all mankind but most of men know not.”

Since The Holy Prophet S.A.W is the last messenger sent for the whole human race, and the final seal of all the Prophets, the whole human race existing in the century during The Holy Prophet Muhammad S.A.W’s time and thereafter are his people or ummah and would therefore have no other choice but to follow and to repose their faith in The Holy Prophet S.A.W.

As an example, people of this century cannot choose to be the followers of the Prophet Jesus as he was sent to the Israelites and not to the whole human race and further more his time as Prophet has lapsed.

It was narrated by Abi Hurairah RA that indeed Rasullullah S.A.W. said :

وَالَّذِى نَفْس مُحَمّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِىْ أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُوْدِىٍّ وَلاَنَصْرَانِىٍّ ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.

“By Allah S.W.T. in whose Hands is the soul of Muhammad there is no one from amongst the Jews and Christians who have heard about me and subsequently die without having faith in what I bring (Islam) unless he is one of the inhabitants of Hell.”

The Prophets and Messengers are like gems of necklace which are joined in continuum with one (1) task, i.e. to bring and propagate the religion of Allah to the human race. To turn away from the religion of Allah as brought by The Holy Prophet Muhammad S.A.W. is turning away from the religion conveyed by previous prophets and messengers of Allah S.W.T.

All the prophets and messengers of Allah SWT beginning from Adam, Noah, Abraham, Isaq, Joseph, Moses, David, Solomon and Jesus son of Mary had conveyed and taught the same religion ie the religion of Allah SWT which is finally perfected and completed in the prophethood of the Holy prophet Muhammad SAW and named as Islam.

It is important to take note here that although the religion brought by all the Messengers of God was the Religion of Allah S.W.T which had the attribute of full submission to The Will of Allah S.W.T, which is called Islam in Arabic language it was not named as The Religion of Islam. This is because Islam is an Arabic term whereas the previous Messengers of God were not Arabs. Hence the word Islam had never been uttered by their tongues because every Messenger of God was sent in the language of his own people as Allah S.W.T Said in Chapter 14 Ibrahim verse 4 :

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن رَّسُولٍ إِلاَّ بِلِسَانِ قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ

“ We sent not a messenger except in the language of his own people, in order to make (things) clear to them ”.

All the Prophets AS in spreading Allah S.W.T.’s religion would use their own languages using words if translated into Arabic would mean Islam. For example,

Allah S.W.T. Said in Chapter 2 Al-Baqarah Verse 132 :

وَوَصَّىٰ بِهَاۤ إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ الله َ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ -132,

“ And this was the advice of Abraham to his son, and of Jacob: “ O my sons, God has ordained the Religion for you, so hold fast to the Religion of Islam until death comes to you ”.

In this advice given both by Prophet Abraham and Prophet Jacob to their children when it was revealed by Allah SWT to the Holy Prophet PBUH in Arabic language both prophets have actually used words in their language to mean Islam in Arabic language. This means that every prophet AS had used the word Islam but in word in his own language.

It is only during the messengerhood of The Holy Prophet S.A.W that the Religion of Allah S.W.T has been completed and perfected and is called Islam because His Highness belongs to the Arab tribe.

A person who is obedience and loyal to the laws and regulations of the Religion of Islam is called a Muslim in Arabic language. Thus the people of the previous messengers of God who had faith in the Religion brought by their own prophet are called Muslims. Hence the people of Prophet Moses and Prophet Jesus, peace upon them both, who were faithful to them, were also called Muslims in Arabic language. This is clearly stated in Surah Al-Maidah verse 111 :

وَإِذْ أَوْحَيْتُ إِلَى الْحَوَارِيِّنَ أَنْ ءَامِنُواْ بِى وَبِرَسُولِى قَالُوۤاْ ءَامَنَّا وَاشْهَدْ بِأَنَّنَا مُسْلِمُونَ -111,

And when I (Allah) revealed to the disciples of Jesus to believe in Me and My Messenger, they said: "We believe. And bear witness that we are Muslims."

In conclusion it is stressed that The Religion of Allah S.W.T brought by all the previous Messengers of God is called the Religion of Islam in Arabic language. Therefore there is only one religion i.e The Religion of Islam.

Allah SWT made this clear in chapter Ali Imran verse 85: وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ -85,

“And whoever seeks a religion other than Islam, it will never be accepted of him and in the Hereafter he will be one of the losers.”

Chapter Ali Imran verse 19 :

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الإِسْلاَمُ

“Truly, the religion with Allah is Islam.”

From these verses of the Holy Quran it is very clear that there is only one Allah’s Religion i.e Islam. Any other religions beside Islam are not Allah’s Religion and as such will not be accepted by Allah SWT. Thus anyone who embraces religion other then Islam will be among the losers in the Day of Judgement.

This is what Allah SWT said and not wht the Holy Prophet PBUH said or what I said. But it is Allah Who Said it.

O Brothers and Sisters !

Before the advent of The Holy Prophet S.A.W. Islam was not universal but was local in nature and for certain time, place and people only.

Finally Allah S.W.T’s religion is completed and perfected during the era of The Holy Prophet Muhammad S.A.W. and became a universal religion for the entire human kind and “Jinn” suitable for all times and places until the Last Day.

Allah S.W.T. Said in Chapter Al-Maidah Verse 3 :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا

“This day, I have perfected your religion for you, completed My Favour upon you and have chosen for you Islam as your religion.”

The Religion of Islam was finally completed and perfected in the messengerhood of the Holy Prophet PBUH which means the laws and regulations contained in it are now complete governing not only our relationship with Allah SWT but also it governs the relationship among us mankind and also our relationship with other creatures based on love and mercy.

This means that our prayers and all our acts of devotions together with all our daily conducts and activities in all field of our life either in the field of politics, judiciary, education, economy or humanitarian, all must be done in accordance with the Religion of Allah SWT and must be done for His sake alone if we desire happiness in this world and in the Next world.

Since this world belongs to Allah SWT therefore it must now be ruled and administered by these Divine laws and regulations, failing which this world would then face with all forms of catastrophe, natural disaster and strange diseases as what is happening to us now.

Since we live in this world no one can exempt himself from these Divine laws and regulations because if he does so he will surely be punished not only in this world but also in the Next world.

It is like someone who lives in another country, surely he can not exempt himself from the laws and regulations of that country. If he does so, definitely he will be punished for his offence and he will be imprisoned.

Therefore everyone who lives in this world must obey this Divine laws and regulations by first embracing Allah’ Religion i.e Islam and then practising all what is contained in it if one desires happiness in this world and in the Next world.

O Brothers and Sisters !

It is time now for those who have not embraced Allah’s Religion i.e Islam to revert to Islam and practise all what is contained in it so that they will enjoy a happier life and would be safe in this world and in the Next world.

It is time now that this world must be ruled and governed by the Divine laws and regulations so that there will be peace, justice, equality, harmony, love and happiness prevailing throughout the whole world.

To find out whether you are really worshipping Allah SWT, the true God, or want to find out the true religion acceptable by Allah SWT please do not hesitate to read the Holy Quran because the Holy Quran has been revealed as guidance for mankind.

Let us all now return to Allah SWT, our Lord in repentance and in obedience so that we will find happiness in this world and in the Next world. This is what Allah SWT wants us to do as stated in chapter Az-Zumar verse 54 :

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ

“And return in repentance and in obedience with true Faith to your Lord and submit to Him before the torment comes upon you, (and) then you will not be helped.”

Let us all pray to Allah SWT to our Lord for salvation in this world and next world.

O Allah, our Lord, the Lord of all creations ! Please forgive our sins and our wrongs. We pray that You always guides so that we are all safe from all dangers in this world and the Next.

O Allah, our Lord ! We seek Your guidance and assistance so that we are able to perform good deeds which You pleases.

O Allah, our Lord ! To those who are sick please grant them good health, to those who are in distress and in need please grant them aid and provision, to those who are in difficulties please relieve them from their burden and hardship.

O Allah, our Lord ! To those who have not embraced Your religion please give them guidance so that they will embrace Your religion. And for those have gone astray please lead them back to the right path that You pleases.

O Allah, Our Lord ! Please grant us peace and happiness in this world and in the next world.

Hopefully the whole of mankind will be safe in this world and in the Next World.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ رَّحِيْمُ. سُبْحٰنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ. وَسَلٰمٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعٰلَمِيَن.

اَللَّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ الْفَاتِحِ لِمَا اُغْلِقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ وَالنَّاصِرِ الْحَقِّ بِالْحَقِّ وَالْهَادِىْ اِلَى صِرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارِهِ الْعَظِيْمِ .

 Full Video here:

https://theoriginalpath.com/malay/conceptofreligion.html

or

https://www.youtube.com/watch?v=lc4GUOjeahM&t=26s

Friday, July 29, 2016

Kitab Keramat – YMTG Tuan Haji Ghulam Hassan Ali Akbar Al-Haj Al-Ghaus, Al-Bikangi RA


Keramat – YMTG Tuan Haji Ghulam Hassan Ali Akbar Al-Haj Al-Ghaus, Al-Bikangi RA

Tulisan YMTGuru Haji Abdul Rahim Al Hassaniyyah

Keramat adalah peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi sepanjang hidup seorang wali Allah itu dengan mempunyai tujuan sendiri, antaranya:
• Allah SWT memperlihatkan kebesaran Nya untuk memantapkan keimana an serta keyakinan seseorang wali Allah yang sedang dalam peningkatan dari satu maqam ke maqam yang lebih tinggi.
• Sebagai bukti bahawa jalan yang ditempuhi oleh wali Allah itu adalah jalan yang benar dan diredhai Allah SWT.
• Keramat yang diperlihatkan kepada orang kafir bertujuan agar menjadi sebab mereka memeluk agama Islam.
• Sebagai rahmat kepada orang ramai yang menyaksikan keramat tersebut agar mereka mendapat manafaat daripadanya dan memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.
YMTG adalah seorang wali Allah yang hayatnya telah diabadikan untuk menabur bakti kepada masyarakat dimana banyak sekali berlaku keramat yang melibatkan orang ramai. Peristiwa-peristiwa tersebut telah dikumpulkan dan dibukukan untuk tatapan umum agar beroleh manafaat daripadanya. Bacalah dan ikutilah kisah-kisah yang menarik ini sebagai bukti kebesaran Illahi yang akan membawa kita untuk lebih mengenal kepada Nya lagi. 

·               RM 50/SET (2 SET TERMASUK KITAB rIWAYAT ymtg ra)

 Sila hubungi salah seorang penama ini untuk menempah/membeli kitab-kitab ini:-

Dr Dalhadi Hasan

   6013-8551521
Tuan Haji Abdul Halim As Sidek Hj Ghulam Hasan Al Bikangi

   6013-8014778
Saudara Abdul Rahim Hj Ghulam Hasan Al Bikangi

   6016-8815099
Puan Nooraini Haji Abu Samah

   6012-3175493
Puan Nor Rasyidah Mustafa

   6019-2401425
Hajjah Noor Sham Hj Abdullah

   6019-2881466





























Monday, July 25, 2016

Kelebihan dan Manfaat Korban pada hari Raya Aidil Adha dan hari-hari tasyriq

Di dalam syariat yang dibawa oleh Rasulullah Saw, perintah dan larangan selalu ada dan terus berjalan kepada setiap hamba selama ruh masih bersama jasadnya. Dan selama itu pula manusia dapat menambah kedekatannya kepada Allah swt dengan melakukan perintah-perintah syariat yang mulia. Baik yang berupa kewajiban maupun yang sunnah.

Dan kesunnahan yang dilakukan si hamba inilah yang menjadi bukti keberhasilannya dan keuntungannya dalam kehidupan dunia. Sebab ibadah wajib ibarat modal seseorang, mahu tidak mahu, suka tidak suka dia harus menjalankannya, sedang amal sunnah itulah keuntungannya. Alangkah ruginya manusia jika di dunia hanya beribadah yang wajib saja atau dengan kata lain setelah bermuamalah dia kembali modal, tidak mendapat keuntungan sedikitpun. Maka ibadah sunnah ini hendaknya kita kejar, kita amalkan, sebab itulah bukti kesetiaan kita dalam mengikuti dan mencintai Rasulullah SAW, beliau saw bersabda (yang ertinya):

“Barang siapa menghidupkan sunnahku, maka dia telah mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku, maka kelak akan berkumpul bersamaku di syurga“. (HR. As Sijizi dari Anas bin Malik, lihat Al Jami’ush Shoghir)

Bahkan dalam hadits qudsi Allah menyatakan bahwa Dia sangat cinta kepada hamba yang suka menjalankan amal-amal sunnah, sehingga manakala Dia telah mencintai hamba tersebut, Dia akan menjaga matanya, pendengarannya, tangan dan kakinya. Semua anggota tubuhnya akan terjaga dari maksiat dan pelanggaran. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori dari Abu Hurairah RA.

Dari sekian banyak sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah melakukan korban, yaitu menyembelih binatang ternak, berupa unta, atau sap i(lembu) atau kambing dengan syarat dan waktu yang tertentu. Bahkan kesunnahan berkorban ini adalah sunnah muakkadah, artinya kesunnahan yang sangat ditekankan dan dianjurkan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh imam Muslim dalam Shohihnya dari Anas bin Malik, beliau berkata :

“Rasulullah SAW berudhiyah (berkurban) dengan dua kambing putih dan bertanduk, beliau menyembelih dengan tangan beliau sendiri yang mulia, beliau mengawali (penyembelihan itu) dengan basmalah kemudian bertakbir …”

Tapi hendaknya kita mengetahui bahwa kesunnahan kurban adalah untuk umat Nabi Muhammad SAW, sedang bagi beliau justru adalah sebagai kewajiban, ini termasuk sekian banyak kekhususan yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah SAW.

Pengertian korban secara terminologi syara’ tidak ada perbedaan, yaitu haiwan yang khusus disembelih pada saat Hari Raya Korban (’Idul Al-Adha 10 Dzul Hijjah) dan hari-hari tasyriq (11,12, dan 13 Dzul Hijjah) sebagai upaya untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT.

Dalam Islam korban disyariatkan pada tahun kedua Hijriah. Saat itu Rasulullah keluar menuju masjid untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha dan membaca khutbah `Id. Setelah itu beliau berkorban dua ekor kambing yang bertanduk dan berbulu putih.

Tradisi korban sebetulnya telah menjadi kebiasaan umat-umat terdahulu, hanya saja prosesi dan ketentuannya tidak sama persis dengan yang ada dalam syariat Rasulullah. 

Allah SWT befirman, “Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu (Muhammad) dalam urusan syariat ini. Dan serulah kepada agama Tuhanmu, sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus” (QS AI-Haj: 67).

Bahkan korban telah menjadi salah satu ritus dalam sejarah pertama manusia. Seperti dikisahkan dengan jelas dalam AI-Quran surah Al-Maidah ayat 27 mengenai prosesi korban yang dilakukan oleh kedua putra Nabi Adam AS, korban diselenggarakan tiada lain sebagai refleksi syukur hamba atas segala nikmat yang dianugerahkan Tuhannya, di samping sebagai upaya taqarrub ke hadirat-Nya.

 Dalil Korban dan Keutamaan berkurban

Allah SWT berfirman, “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan sembelihlah” (QS Al-Kautsar: 1-2). Majoriti ulama berpendapat bahawa yang dimaksud dengan shalat di sini adalah shalat hari `Idul Adha, sedangkan yang dimaksud dengan menyembelih adalah menyembelih hewan korban.

Diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi, Ibnu Majah dan al Hakim dari Zaid bin Arqam, bahwsanya Rasulullah saw bersabda (yang artinya):

“Al Udhiyah (binatang kurban), bagi pemiliknya (yang berkurban) akan diberi pahala setiap satu rambut binatang itu satu kebaikan “.
Diriwayatkan oleh imam Abul Qasim Al Ashbahani, dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah saw bersabda (yang artinya):

“Wahai Fathimah, bangkitlah dan saksikan penyembelihan binatang kurbanmu, sungguh bagimu pada awal tetesan darah binatang itu sebagai pengampunan untuk setiap dosa, ketahuilah kelak dia akan didatangkan (di hari akhirat) dengan daging dan darahnya dan diletakkan diatas timbangan kebaikanmu 70 kali lipat “.

Rasulullah saw bersabda (yang artinya):

“Barang siapa berkurban dengan lapang dada (senang hati) dan ikhlas hanya mengharap pahala dari Allah, maka dia akan dihijab dari neraka (berkat udhiyahnya) “. (HR. Ath Thabarani dari Al Husein bin Ali).

Dalil dari hadits, dari Siti Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), ‘Tiada amal anak-cucu Adam pada waktu Hari Raya Korban yang lebih disukai Allah daripada mengalirkan darah (berkorban). Dan bahwasanya darah korban itu sudah mendapat tempat yang mulia di sisi Allah sebelum jatuh ke tanah. Maka laksanakan korban itu dengan penuh ketulusan hati.” (HR. At Tirmidzi)
Dari Anas RA, ia berkata, “Nabi SAW mengurbankan dua ekor kambing yang putih-putih dan bertanduk. Keduanya disembelih dengan kedua tangan beliau yang mulia setelah dibacakan bismillah dan takbir, dan beliau meletakkan kakinya yang berbarakah di atas kedua kambing tersebut:’ (HR Muslim).
Rasulullah SAW bersabda tentang keutamaan korban bahwasanya korban itu akan menyelamatkan pemiliknya dari kejelekan dunia dan akhirat. Beliau juga bersabda (yang artinya),

“Barang siapa telah melaksanakan korban, setelah orang itu keluar dari kubur nanti, ia akan menemukan korbannya berdiri di atas kuburannya, rambut korban itu terdiri dari belahan emas, matanya dari yaqut, kedua tanduknya dari emas pula. Lalu ia terheran-heran dan bertanya, ‘Siapa kamu ini? Aku belum pernah melihat sesuatu seindah kamu.’
Hewan itu menjawab, “Aku adalah korbanmu yang engkau persembahkan di dunia sekarang. Naiklah ke alas punggungku”. Kemudian ia naik dan berangkatlah mereka sampai naungan Arasy, di langit yang ketujuh”

Rasulullah SAW bersabda (yang artinya), “Perbesarlah korban-korban kalian, sebab korban itu akan menjadi kendaraan-kendaraan dalam melewati jembatan AshShirat menuju surga” (HR Ibnu Rif’ah).

Dalam satu riwayat disebutkan, Nabi Dawud AS pernah bertanya kepada Allah SWT tentang pahala korban yang diperoleh umat Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT menjawab, “Pahalanya adalah, Aku akan memberikan sepuluh kebajikan dari setiap satu helai rambut korban itu, akan melebur sepuluh kejelekan, dan akan mengangkat derajat mereka sebanyak sepuluh derajat. Tahukah engkau, wahai Daud, bahwa korban-korban itu adalah kendaraankendaraan bagi mereka di hari kiamat nanti, dan korban-korban itu pula yang menjadi penebus kesalahan-kesalahan mereka.”

Sayyidina Ali RA berkata, “Apabila seorang hamba telah berkorban, setiap tetesan darah korban itu akan menjadi penebus dosanya di dunia dan setiap rambut dari korban itu tercatat sebagai satu kebajikan baginya”.
 Hikmah yang bisa kita ambil dari korban adalah:

Pertama, untuk mengenang nikmat-nikmat yang diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim dengan digagalkannya penyembelihan putranya, Ismail AS, yang ditebus dengan seekor kambing dari surga.

Kedua, untuk membagi-bagikan rizqi yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia saat Hari Raya ‘Idul Adha, yang memang menjadi hari membahagiakan bagi umat Islam, agar yang miskin juga merasakan kegembiraan seperti yang lainnya. Sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW  (ertinya): “Hari Raya Korban adalah hari untuk makan, minum dan dzikir kepada Allah” (HR. Muslim)

Ketiga, untuk memperbanyak rizqi bagi orang yang berkorban, karena setiap hamba yang menafkahkan hartanya di jalan Allah akan mendapatkan balasan berlipat ganda.

Kisah Sayyiduna Abdullah bin Abdul Mutthalib

Dalam Islam, korban tidak sekadar memiliki dimensi religius, yang menghu bungkan makhluk dengan Allah, Pencipta alam semesta. Korban bukan sekadar ritus penyembelihan binatang dan aktivitas membagikan daging hewan kepada mereka yang tidak mampu. la pun memiliki dimensi sosial. Korban juga memiliki akar sejarah yang demikian kuat dan memiliki posisi vital di tengah-tengah masyarakat.

Berhubungan dengan sejarah korban seperti yang umum diketahui oleh umat Islam tentang awalnya syariat korban diturunkan, ada satu kisah yang menarik dari Rasulullah sehingga beliau menyatakan dirinya sebagai anak dua sembelihan.

Kisahnya ketika Abdullah bin Abdul Muthalib belum dilahirkan. Ayahnya, Abdul Muthalib, pernah bernazar bahwa, jika anaknya laki-laki sudah berjumlah sepuluh orang, salah seorang di antara mereka akan dijadikan korban.
Setelah istri Abdul Muthalib melahirkan lagi anak laki-laki, genaplah anak laki-lakinya sepuluh orang. Anak laki-laki yang kesepuluh itu tidaklah diberi nama dengan nama-nama yang biasa, tapi diberi nama dengan nama yang arti dan maksudnya berlainan sekali, yaitu dengan nama “Abdullah”, yang artinya “hamba Allah”.

Selanjutnya setelah Abdullah berumur beberapa tahun, ayahnya, Abdul Muthalib, belum juga menyempurnakan nazarnya. Pada suatu hari dia mendapat tanda-tanda yang tidak tersangkasangka datangnya yang menyuruhnya supaya menyempurnakan nazarnya. Oleh sebab itu bulatlah keinginannya agar salah seorang di antara anak laki-lakinya dijadikan korban dengan cara disembelih.

Sebelum pengurbanan itu dilaksanakan, dia lebih dulu mengumpulkan semua anak laki-lakinya dan mengadakan undian. Pada saat itu undian jatuh pada diri Abdullah, padahal Abdullah adalah anak yang paling muda, yang paling bagus wajahnya dan yang paling disayangi dan dicintai. Tetapi apa boleh buat, kenyataannya undian jatuh padanya, dan itu harus dilaksanakan.
Seketika tersiar kabar di seluruh kota Makkah bahwa Abdul Mutthalib hendak mengurbankan anaknya yang paling muda. Maka datanglah seorang kepala agama, penjaga Ka’bah, menemui Abdul Mutthalib, untuk menghalang-halangi apa yang akan diperbuat Abdul Mutthalib.

Kepala agama itu memperingatkan untuk tidak melakukan perbuatan tersebut. Jika hal itu sampai dilaksanakan, sudah tentu kelak akan dicontoh oleh orang banyak, karena Abdul Muthalib adalah seorang wali negeri pada masa itu dan dia mempunyai pengaruh yang sangat besar di kota Makkah. Oleh sebab itu, apa yang akan dilakukannya tentu akan jadi panutan bagi warga lain. Si pemuka agama ini mengusulkan agar nazar tersebut diganti saja dengan menyembelih seratus ekor unta.

Berhubung kepala agama penjaga Masjidil Haram telah memperkenankan bahwa nazar Abdul Muthalib cukup ditebus dengan seratus ekor unta, disembelihlah oleh Abdul Muthallib seratus ekor unta di muka Ka’bah. Dengan demikian Abdullah urung jadi korban.

Karena peristiwa itu pada waktu Nabi SAW telah beberapa tahun lamanya menjadi utusan Allah, Rasulullah pernah bersabda (yang artinya), “Aku anak laki-laki dari dua orang yang disembelih.” Maksud Rasulullah, beliau adalah keturunan dari Nabi Ismail AS, yang juga akan disembelih tapi lalu diganti Allah dengan kibas, dan anak Abdullah, yang juga akan disembelih tapi kemudian diganti dengan seratus ekor unta.

Pengorbanan Nabi Allah Ibrahim AS amat tinggi disisi ALLAH SWT melalui peristiwa arahan ALLAH SWT kepada Baginda menyembileh putra kesayangannya Nabi Ismail AS kedua-dua ayahanda dan anakanda saling memberi semangat masing-masing terhadap arahan ALLAH SWT ketika upacara penyembilihan ini, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya: "Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.

Yang Mulia Tuan Guru Haji Ghulam Hassan Al Bikangi guru kita ini tidak pernah ketinggalan melaksanakan korban sapi setiap tahun dan beliau menganjurkan orang ramai untuk berkorban setiap tahun dan amalan ini diteruskan sehingga ke hari ini oleh pewaris beliau Yang Mulia Tuan Haji Abdul Rahim Al-Hassaniyyah serta isteri beliau Yang Mulia Puan Hajjah Asna Al Hassaniyyah yang telah mendapat didikan terus dari beliau.

Sumber info fadilat korban: Website Al Ustadz Al Habib Sholeh bin Ahmad Al ‘Aydrus

Gambar-gambar sekitar upacara Korban yang dilaksanakan dibawah anjuran Yang Mulia Tuan Guru Haji Abdul Rahim Al Hassaniyyah dan isteri beliau Yang Mulia Puan Hajjah Asna Al-Hassaniyyah di Kampung Babusalam, Semporna, Sabah pada Hari Raya Aidul Adha 1436 /2015.